MAKAM MBAH SHOLEH DARAT
Pemakaman Umum Bergota Kota Semarang
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Islam Budaya Jawa
Dosen Pengampu: Rikza Chamami, M.Si.

Disusun Oleh:
Dita Siti Barokah
(133511065)
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SEMARANG
2015
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Agama
Islam masuk ke daerah Indonesia bukan dengan sendirinya. Banyak pihak-pihak
yang berjasa dalam menyebarkan agama Islam, terutama untuk daerah Semarang dan
sekitarnya. Banyak perjuangan yang harus dilewati oleh para Wali Allah tersebut
untuk menyebarkan ajaran agama Islam, hingga bisa menjadi agama mayoritas di
daerah Semarang.
Wali
Allah yang sangat berjasa dalam menyebarkan agama Islam di daerah Semarang dan
sekitarnya pada abad 19’an salah satunya adalah Mbah Sholeh Darat. Untuk lebih
jelasnya, akan dipaparkan pada pembahasan laporan penelitian ini.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, penulis merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana
riwayat hidup dari Mbah Sholeh Darat?
2.
Bagaimana
keadaan makam Mbah Sholeh Darat?
C.
Tujuan Penelitian
1.
Untuk memenuhi
tugas akhir mata kuliah Islam Budaya Jawa
2.
Untuk mengetahui
riwayat hidup Mbah Sholeh Darat Semarang
3.
Untuk mengetahui
keadaan makam Mbah Sholeh Darat Semarang
BAB II
METODE
PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu
Penelitian ini
dilaksanakan di Pemakaman Umum Bergota Kota Semarang pada hari Sabtu tanggal 26
Desember 2015.
B.
Metode Penelitian
Metode
penelitian yang digunakan adalah metode wawancara atau survei di lapangan. Langkah-langkah
penelitian dapat uraikan sebagai berikut:
1.
Menyiapkan
daftar pertanyaan yang akan digunakan dalam wawancara
2.
Melakukan
wawancara kepada para warga salah satu juru kunci makam Mbah Sholeh Darat.
C.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini instrument sebagai alat pengumpulan data yang
digunakan adalah teknik wawancara
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Riwayat
Hidup Mbah Sholeh Darat Semarang
Kyai
Sholeh Darat As-Samarani memiliki nama lengkap Muhammad Saleh bin Umar
As-Samarani, yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah Sholeh Darat. Mbah Sholeh
Darat lahir pada tahun 1235 H/1820 M di Kedung Jumbleng, kecamatan Mayong,
kabupaten Jepara dan wafat di Semarang pada hari Jum’at 29 Ramadhan 1321 H atau
18 Desember 1903 M. Mbah Sholeh Darat hidup sezaman dengan Syekh Nawawi Banten
dan Syekh Kholil bin Abdul Latif Bangkalan Madura. Ketiga ulama dari Jawa itu
juga sezaman dan seperguruan di Mekah dengan beberapa ulama dari Patani,
diantaranya adalah Syekh Muhammad Zaid bin Mustafa Al-Fathani.
Dalam
kitab-kitab yang ditulis oleh Mbah Sholeh Darat, sering dia gunakan nama Syeikh
Haji Muhammad Shalih ibn Umar Al-Samarani, nama Darat diberikan untuk beliau
karena beliau tinggal di kawasan dekat pantai utara Semarang yang menjadi
tempat berlabuhnya orang-orang dari luar Jawa. Sampai saat ini, nama Darat
masih tetap lestari dan dijadikan prasasti nama kampung, Nipah Darat dan Darat
Tirto. Saat ini kampong Darat masuk dalam wilayah Kelurahan Dadapsari,
Kecamatan Semarang Utara. Selain diabadikan sebagai nama kampung, nama Mbah
Sholeh Darat juga diabadikan sebagai nama salah satu masjid di Semarang, Masjid
As Sholeh Darat. Masjid tersebut merupakan salah satu peninggalan dari Mbah
Sholeh Darat.
Mbah
Sholeh Darat merupakan tokoh ulama yang memiliki andil besar dalam penyebaran
agama Islam di Pantai Utara Jawa khususnya di Semarang. Ayahnya yakni KH Umar
adalah ulama terkemuka yang dipercaya Pangeran Diponegoro dalam perang Jawa
melawan Belanda di wilayah pesisir utara Jawa. Meskipun masih kecil ketika itu,
Mbah Sholeh Darat telah mulai mengembara dari ulama satu ke ulama lainnya untuk
ilmu. Setelah itu, beliau dibawa ayahnya ke Semarang untuk belajar kepada
beberapa ulama, diantaranya adalah Kyai Haji Muhammad Saleh Asnawi Kudus, Kyai
Haji Ishaq Damaran. Setelah itu, beliau diajak ayahnya untuk merantau ke
Singapura. Serasa cukup menuntut ilmu di Singapura, beliau kembali ke tanah
Jawa. Beberapa tahun kemudian, beliau berangkat ke Makkah bersama ayahnya untuk
menunaikan ibadah haji sekaligus tinggal disana untuk mendalami berbagai ilmu
kepada beberapa ulama di Makkah pada zaman itu.
Setelah
beberapa tahun berkelana mencari ilmu, tibalah saatnya beliau diberikan izin
untuk mengajar di Makkah. Beliau diperintahkan untuk mengajar beberapa santri
yang berasal dari Jawa dan Melayu, salah satunya Hasyim Ashari pendiri NU dan
Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah.
Mbah
Sholeh Darat saat di Makkah menikah dengan seorang perempuan asal Makkah. Dari
pernikahan tersebut, Mbah Sholeh Darat dikaruniai dua orang anak, yakni
perempuan dan laki-laki. Anak laki-laki dari pernikahan Mbah Sholeh Darat yang
pertama bernama Syekh Ibrahim.
Setelah
menetap di Makkah selama beberapa tahun untuk belajar dan mengajar, Mbah Sholeh
Darat diajak pulang ke Semarang oleh mbah Hadi Giri Kusumo secara diam-diam,
karena pada saat itu menurut sumber dari Ibu Warti, Mbah Sholeh Darat tidak
boleh pulang ke Semarang oleh pemerintah kota Makkah. Sehingga Mbah Sholeh
Darat melakukan perjalanan secara diam-diam, dengan cara masuk ke peti saat
menyebrang dengan kapal. Namun ketika kapal singgah di Singapura, Mbah Sholeh Darat
tertangkap oleh pertugas pelabuhan saat dilakukan pemeriksaan. Karena dulunya
Mbah Sholeh Darat pernah bertolak ke Singapura, beliau mempunyai beberapa murid
dari Singapura. Sehingga saat itu, para murid Mbah Sholeh Darat berinisiatif
untuk patungan guna membebaskan Mbah Sholeh Darat. Dan akhirnya Mbah Sholeh
Darat dapat bebas dan tiba di Semarang.
Sebagaimana
tradisi ulama dunia Melayu terutama ulama Jawa dan Patani pada zaman itu, bahwa
setelah pulang dani Makkah harus mendirikan pusat pengajian berupa pondok
pesantren. Mbah Soleh Darat mendirikan pondok pesantren di pesisir kota
Semarang. Sejak saat itulah beliau dikenal dengan gelar Kyai Soleh Darat
Semarang.
Saat
di Semarang, Mbah Sholeh Darat melayani berbagai undangan untuk mengisi
acara-acara pengajian. Suatu ketika, Mbah Sholeh Darat diundang untuk mengisi
pengajian satu bulanan oleh Bupati Demak, yang tak lain adalah paman dari Raden
Ajeng Kartini. Saat itu Raden Ajeng Kartini tidak diperbolehkan mengikuti acara
pengajian tersebut, karena pada saat itu kaum wanita masih dianggap tidak
memerlukan ilmu yang lebih. Sehingga RA. Kartini mendengarkan acara pengajian
tersebut dari balik tabir. Saat itulah RA. Kartini tertarik untuk menimba ilmu
yang lebih dalam lagi kepada Mbah Sholeh Darat. Mulai dari mengenal huruf
hijaiyah, menerjemahkan surat Al-Fatikhah dan lainnya. Hingga saat itulah RA.
Kartini mengarang buku yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”, yang
terinspirasi dari pengalaman beliau dalam mengkaji Al-Qur’an.
Selain
mempertemukan dengan RA. Kartini, pada saat menghadiri undangan Bupati Demak
tersebut, Mbah Sholeh Darat juga bertemu dengan seorang wanita yang pada
akhirnya menjadi istri kedua beliau, yang bernama Sofia. Pernikahan beliau yang
kedua, menghasilkan dua orang putra, yang bernama Yahya dan Kholil.
Untuk
istri Mbah Sholeh Darat yang ketiga, berasal dari keturunan Syarifah, yang
merupakan keturunan darah biru, yang bernama Raden Ayu Siti Aminah. Dari
pernikahan yang ketiga ini, beliau dikaruniai seorang putri yang bernama Raden
Ayu Siti Zaroh.
Mbah
Soleh Darat dikenal sebagai pemikir di bidang ilmu kalam. Beliau selalu menekankan
pada muridnya untuk giat menuntut ilmu. Beliau berkata inti dari Al-Qur’an
adalah dorongan kepada umat manusia agar mempergunakan akalnya untuk memenuhi
tuntutan hidupnya di dunia dan akhirat. Sebagai ulama yang berpikiran maju,
Mbah Soleh Darat senentiasa menekankan pentingnya ikhtiar dan kerja keras,
setelah itu baru bertawakal. Beliau sangat mencela orang yang tidak mau bekerja
keras karena menilai segala nasibnya telah ditakdirkan oleh Allah SWT. tradisi
berpikir kritis dan mengajarkan ilmu agama ini terus beliau kembangkan hingga
akhir hayatnya.
Ada
banyak karya yang terlahir dari tangan Mbah Soleh Darat, hampir semua karya
Mbah Soleh Darat ditulis dalam bahasa Jawa dan menggunakan huruf Arab (Pegon
atau Jawi), salah satu karya beliau yang paling terkenal adalah Majmu'at
al-Syariat al-Syari'at al-Kafiat Li al-Awwan, yang merupakan kitab Arab pegon
berbahasa Jawa pertama di Indonesia. Hanya sebagian kecil karya Mbah Soleh
Darat yang ditulis dalam bahasa Arab. Maka dari itu, banyak orang yang berpendapat
bahwa orang yang paling berjasa menghidupkan dan menyebar luaskan tulisan pegon
adalah Mbah Soleh Darat Semarang.
B.
Makam
Mbah Sholeh Darat Semarang
Makam
Mbah Sholeh Darat terletak di pemakaman umum Bergota kota Semarang, tepatnya di
jalan Bergota. Namun ada beberapa orang yang mengatakan bahwa Mbah Sholeh Darat
dimakamkan di area Masjid As-Sholeh Darat. Tapi ibu Warti, salah satu juru
kunci makam Mbah Sholeh Darat menyanggah pendapat tersebut. Beliau mengatakan
bahwa dari dulu makam Mbah Sholeh Darat sudah ada di pemakaman umum Bergota
ini.
Makam
Mbah Shaleh Darat hingga saat ini masih dalam keadaan yang terawat, yang
dikelilingi oleh makam para keturunannya. Salah satu orang yang senantiasa
merawat makam Mbah Shaleh Darat adalah Ibu Warti. Masih banyak pula warga yang
datang dari berbagai daerah untuk berziarah.
Untuk
acara haul Mbah Sholeh Darat dipelopori oleh murid-murid beliau pada tahun
1936. Acara haul dilakukan di pemakaman umum Bergota pada siang hari. Namun,
mulai tahun 2012 lalu acara haul Mbah Sholeh Darat diadakan di dua tempat,
yakni pemakaman umum Bergota untuk pagi dan di masjid As-Sholeh darat untuk
malam harinya.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Mbah
Sholeh Darat merupakan salah satu Wali Allah yang sangat berjasa dalam
menyebarkan ajaran agama Islam di wilayah Semarang dan sekitarnya pada abad ke
19’an. Secara tidak langsung, Mbah Sholeh Darat merupakan pelopor pendiri
organisasi keagamaan terkenal di Indonesia, yakni Nahdatul Ulama (NU) dan
Muhammadiyah. Karena kedua pendiri organisasi keagamaan besar di Indonesia
tersebut merupakan murid dari Mbah Sholeh Darat.
B.
Saran
Demikian laporan penelitian yang dapat saya
susun. Saya menyadari dalam penulisan laporan ini masih terdapat kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat saya harapkan
guna perbaikan laporan ini dan berikutnya. Semoga laporan ini dapat memberi
manfaat bagi pembaca pada umumnya dan penyusun pada khususnya. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar