Sabtu, 26 Desember 2015

Makam Mbah Sholeh Darat



MAKAM MBAH SHOLEH DARAT
Pemakaman Umum Bergota Kota Semarang
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Islam Budaya Jawa
Dosen Pengampu: Rikza Chamami, M.Si.
LOGOOO.png

Disusun Oleh:
Dita Siti Barokah        (133511065)



FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
     Agama Islam masuk ke daerah Indonesia bukan dengan sendirinya. Banyak pihak-pihak yang berjasa dalam menyebarkan agama Islam, terutama untuk daerah Semarang dan sekitarnya. Banyak perjuangan yang harus dilewati oleh para Wali Allah tersebut untuk menyebarkan ajaran agama Islam, hingga bisa menjadi agama mayoritas di daerah Semarang.
     Wali Allah yang sangat berjasa dalam menyebarkan agama Islam di daerah Semarang dan sekitarnya pada abad 19’an salah satunya adalah Mbah Sholeh Darat. Untuk lebih jelasnya, akan dipaparkan pada pembahasan laporan penelitian ini.

B.     Rumusan Masalah
     Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana riwayat hidup dari Mbah Sholeh Darat?
2.      Bagaimana keadaan makam Mbah Sholeh Darat?

C.     Tujuan Penelitian
1.      Untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Islam Budaya Jawa
2.      Untuk mengetahui riwayat hidup Mbah Sholeh Darat Semarang
3.      Untuk mengetahui keadaan makam Mbah Sholeh Darat Semarang



BAB II
METODE PENELITIAN

A.    Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Pemakaman Umum Bergota Kota Semarang pada hari Sabtu tanggal 26 Desember 2015.

B.     Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode wawancara atau survei di lapangan. Langkah-langkah penelitian dapat uraikan sebagai berikut:
1.      Menyiapkan daftar pertanyaan yang akan digunakan dalam wawancara
2.      Melakukan wawancara kepada para warga salah satu juru kunci makam Mbah Sholeh Darat.

C.    Teknik Pengumpulan Data
     Dalam penelitian ini instrument sebagai alat pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara
BAB III
PEMBAHASAN

A.    Riwayat Hidup Mbah Sholeh Darat Semarang
          Kyai Sholeh Darat As-Samarani memiliki nama lengkap Muhammad Saleh bin Umar As-Samarani, yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah Sholeh Darat. Mbah Sholeh Darat lahir pada tahun 1235 H/1820 M di Kedung Jumbleng, kecamatan Mayong, kabupaten Jepara dan wafat di Semarang pada hari Jum’at 29 Ramadhan 1321 H atau 18 Desember 1903 M. Mbah Sholeh Darat hidup sezaman dengan Syekh Nawawi Banten dan Syekh Kholil bin Abdul Latif Bangkalan Madura. Ketiga ulama dari Jawa itu juga sezaman dan seperguruan di Mekah dengan beberapa ulama dari Patani, diantaranya adalah Syekh Muhammad Zaid bin Mustafa Al-Fathani.
          Dalam kitab-kitab yang ditulis oleh Mbah Sholeh Darat, sering dia gunakan nama Syeikh Haji Muhammad Shalih ibn Umar Al-Samarani, nama Darat diberikan untuk beliau karena beliau tinggal di kawasan dekat pantai utara Semarang yang menjadi tempat berlabuhnya orang-orang dari luar Jawa. Sampai saat ini, nama Darat masih tetap lestari dan dijadikan prasasti nama kampung, Nipah Darat dan Darat Tirto. Saat ini kampong Darat masuk dalam wilayah Kelurahan Dadapsari, Kecamatan Semarang Utara. Selain diabadikan sebagai nama kampung, nama Mbah Sholeh Darat juga diabadikan sebagai nama salah satu masjid di Semarang, Masjid As Sholeh Darat. Masjid tersebut merupakan salah satu peninggalan dari Mbah Sholeh Darat.
          Mbah Sholeh Darat merupakan tokoh ulama yang memiliki andil besar dalam penyebaran agama Islam di Pantai Utara Jawa khususnya di Semarang. Ayahnya yakni KH Umar adalah ulama terkemuka yang dipercaya Pangeran Diponegoro dalam perang Jawa melawan Belanda di wilayah pesisir utara Jawa. Meskipun masih kecil ketika itu, Mbah Sholeh Darat telah mulai mengembara dari ulama satu ke ulama lainnya untuk ilmu. Setelah itu, beliau dibawa ayahnya ke Semarang untuk belajar kepada beberapa ulama, diantaranya adalah Kyai Haji Muhammad Saleh Asnawi Kudus, Kyai Haji Ishaq Damaran. Setelah itu, beliau diajak ayahnya untuk merantau ke Singapura. Serasa cukup menuntut ilmu di Singapura, beliau kembali ke tanah Jawa. Beberapa tahun kemudian, beliau berangkat ke Makkah bersama ayahnya untuk menunaikan ibadah haji sekaligus tinggal disana untuk mendalami berbagai ilmu kepada beberapa ulama di Makkah pada zaman itu.
          Setelah beberapa tahun berkelana mencari ilmu, tibalah saatnya beliau diberikan izin untuk mengajar di Makkah. Beliau diperintahkan untuk mengajar beberapa santri yang berasal dari Jawa dan Melayu, salah satunya Hasyim Ashari pendiri NU dan Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah.
          Mbah Sholeh Darat saat di Makkah menikah dengan seorang perempuan asal Makkah. Dari pernikahan tersebut, Mbah Sholeh Darat dikaruniai dua orang anak, yakni perempuan dan laki-laki. Anak laki-laki dari pernikahan Mbah Sholeh Darat yang pertama bernama Syekh Ibrahim.
          Setelah menetap di Makkah selama beberapa tahun untuk belajar dan mengajar, Mbah Sholeh Darat diajak pulang ke Semarang oleh mbah Hadi Giri Kusumo secara diam-diam, karena pada saat itu menurut sumber dari Ibu Warti, Mbah Sholeh Darat tidak boleh pulang ke Semarang oleh pemerintah kota Makkah. Sehingga Mbah Sholeh Darat melakukan perjalanan secara diam-diam, dengan cara masuk ke peti saat menyebrang dengan kapal. Namun ketika kapal singgah di Singapura, Mbah Sholeh Darat tertangkap oleh pertugas pelabuhan saat dilakukan pemeriksaan. Karena dulunya Mbah Sholeh Darat pernah bertolak ke Singapura, beliau mempunyai beberapa murid dari Singapura. Sehingga saat itu, para murid Mbah Sholeh Darat berinisiatif untuk patungan guna membebaskan Mbah Sholeh Darat. Dan akhirnya Mbah Sholeh Darat dapat bebas dan tiba di Semarang.
          Sebagaimana tradisi ulama dunia Melayu terutama ulama Jawa dan Patani pada zaman itu, bahwa setelah pulang dani Makkah harus mendirikan pusat pengajian berupa pondok pesantren. Mbah Soleh Darat mendirikan pondok pesantren di pesisir kota Semarang. Sejak saat itulah beliau dikenal dengan gelar Kyai Soleh Darat Semarang.
          Saat di Semarang, Mbah Sholeh Darat melayani berbagai undangan untuk mengisi acara-acara pengajian. Suatu ketika, Mbah Sholeh Darat diundang untuk mengisi pengajian satu bulanan oleh Bupati Demak, yang tak lain adalah paman dari Raden Ajeng Kartini. Saat itu Raden Ajeng Kartini tidak diperbolehkan mengikuti acara pengajian tersebut, karena pada saat itu kaum wanita masih dianggap tidak memerlukan ilmu yang lebih. Sehingga RA. Kartini mendengarkan acara pengajian tersebut dari balik tabir. Saat itulah RA. Kartini tertarik untuk menimba ilmu yang lebih dalam lagi kepada Mbah Sholeh Darat. Mulai dari mengenal huruf hijaiyah, menerjemahkan surat Al-Fatikhah dan lainnya. Hingga saat itulah RA. Kartini mengarang buku yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”, yang terinspirasi dari pengalaman beliau dalam mengkaji Al-Qur’an.
          Selain mempertemukan dengan RA. Kartini, pada saat menghadiri undangan Bupati Demak tersebut, Mbah Sholeh Darat juga bertemu dengan seorang wanita yang pada akhirnya menjadi istri kedua beliau, yang bernama Sofia. Pernikahan beliau yang kedua, menghasilkan dua orang putra, yang bernama Yahya dan Kholil. 
          Untuk istri Mbah Sholeh Darat yang ketiga, berasal dari keturunan Syarifah, yang merupakan keturunan darah biru, yang bernama Raden Ayu Siti Aminah. Dari pernikahan yang ketiga ini, beliau dikaruniai seorang putri yang bernama Raden Ayu Siti Zaroh.
          Mbah Soleh Darat dikenal sebagai pemikir di bidang ilmu kalam. Beliau selalu menekankan pada muridnya untuk giat menuntut ilmu. Beliau berkata inti dari Al-Qur’an adalah dorongan kepada umat manusia agar mempergunakan akalnya untuk memenuhi tuntutan hidupnya di dunia dan akhirat. Sebagai ulama yang berpikiran maju, Mbah Soleh Darat senentiasa menekankan pentingnya ikhtiar dan kerja keras, setelah itu baru bertawakal. Beliau sangat mencela orang yang tidak mau bekerja keras karena menilai segala nasibnya telah ditakdirkan oleh Allah SWT. tradisi berpikir kritis dan mengajarkan ilmu agama ini terus beliau kembangkan hingga akhir hayatnya.
          Ada banyak karya yang terlahir dari tangan Mbah Soleh Darat, hampir semua karya Mbah Soleh Darat ditulis dalam bahasa Jawa dan menggunakan huruf Arab (Pegon atau Jawi), salah satu karya beliau yang paling terkenal adalah Majmu'at al-Syariat al-Syari'at al-Kafiat Li al-Awwan, yang merupakan kitab Arab pegon berbahasa Jawa pertama di Indonesia. Hanya sebagian kecil karya Mbah Soleh Darat yang ditulis dalam bahasa Arab. Maka dari itu, banyak orang yang berpendapat bahwa orang yang paling berjasa menghidupkan dan menyebar luaskan tulisan pegon adalah Mbah Soleh Darat Semarang.

B.     Makam Mbah Sholeh Darat Semarang
          Makam Mbah Sholeh Darat terletak di pemakaman umum Bergota kota Semarang, tepatnya di jalan Bergota. Namun ada beberapa orang yang mengatakan bahwa Mbah Sholeh Darat dimakamkan di area Masjid As-Sholeh Darat. Tapi ibu Warti, salah satu juru kunci makam Mbah Sholeh Darat menyanggah pendapat tersebut. Beliau mengatakan bahwa dari dulu makam Mbah Sholeh Darat sudah ada di pemakaman umum Bergota ini.
          Makam Mbah Shaleh Darat hingga saat ini masih dalam keadaan yang terawat, yang dikelilingi oleh makam para keturunannya. Salah satu orang yang senantiasa merawat makam Mbah Shaleh Darat adalah Ibu Warti. Masih banyak pula warga yang datang dari berbagai daerah untuk berziarah.
          Untuk acara haul Mbah Sholeh Darat dipelopori oleh murid-murid beliau pada tahun 1936. Acara haul dilakukan di pemakaman umum Bergota pada siang hari. Namun, mulai tahun 2012 lalu acara haul Mbah Sholeh Darat diadakan di dua tempat, yakni pemakaman umum Bergota untuk pagi dan di masjid As-Sholeh darat untuk malam harinya.

BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
          Mbah Sholeh Darat merupakan salah satu Wali Allah yang sangat berjasa dalam menyebarkan ajaran agama Islam di wilayah Semarang dan sekitarnya pada abad ke 19’an. Secara tidak langsung, Mbah Sholeh Darat merupakan pelopor pendiri organisasi keagamaan terkenal di Indonesia, yakni Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Karena kedua pendiri organisasi keagamaan besar di Indonesia tersebut merupakan murid dari Mbah Sholeh Darat.

B.     Saran
            Demikian laporan penelitian yang dapat saya susun. Saya menyadari dalam penulisan laporan ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat saya harapkan guna perbaikan laporan ini dan berikutnya. Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi pembaca pada umumnya dan penyusun pada khususnya. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar