Sabtu, 26 Desember 2015

Mini Riset Upacara Mitoni



UPACARA MITONI DI DESA JETAK
Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Islam Budaya Jawa
Dosen Pengampu: Rikza Chamami, M.Si.


LOGOOO.png



Disusun Oleh:
Dita Siti Barokah        (133511065)





FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SEMARANG
2015
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala rasa syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penelitian untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Islam Budaya Jawa ini dapat berjalan dengan lancar.
Selama penelitian ini, peneliti mendapat banyak dukungan, bantuan dan masukan dari berbagai pihak, sehingga dengan terselesainya laporan penelitian ini, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan memberikan banyak batuannya dalam penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan penelitian ini, oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang kontruktif. Dan semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada umumya dan bagi mahasiswa pada khususnya.



Semarang, 5 Desember 2015


Dita Siti Barokah 
(133511065)









BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Adat istiadat atau tradisi merupakan suatu kebiasaan yang turun temurun yang diwariskan dari generasi ke generasi dan masih dilakukan di masyarakat hingga masa sekarang. Tradisi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena tradisi merupakan budaya hasil dari cipta, rasa, dan karsa manusia, yang pada umumnya direalisasikan dalam bentuk upacara-upacara adat.
Salah satu dari upacara di masyarakat Jawa adalah upacara Mitoni bagi ibu hamil,  salah satu daerah yang masih mengadakan upacara Mitoni yaitu Desa Jetak, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana asal-usul tradisi upacara Mitoni di Desa Jetak, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar?
2.      Bagaimana rangkaian tradisi upacara Mitoni di Desa Jetak, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar?
3.      Apa saja unsur yang harus ada dalam upacara Mitoni berserta maknanya di Desa Jetak, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar?
4.      Bagaimana upacara Mitoni dari sudut pandang agama Islam?

C. Tujuan Penelitian
1.      Untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Islam Budaya Jawa
2.      Untuk mengetahui sejarah adanya tradisi upacara Mitoni di Desa Jetak, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar
3.      Untuk mengetahui rangkaian tradisi upacara Mitoni di Desa Jetak, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar
4.      Untuk mengetahui unsur yang ada dalam upacara Mitoni dan maknanya di Desa Jetak, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar
5.      Untuk mengetahui upacara Mitoni dari sudut pandang agama Islam



BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Pengertian Tradisi
Pengertian tradisi menurut para ahli secara garis besar adalah suatu budaya dan adat istiadat yang diwariskan dari satu generasi ke generasi dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Nenek moyang kita tentu menginginkan para generasi penerus tetap menjaga kelestarian peninggalan mereka. Peninggalan tersebut dapat berupa materil dan non materil. Peninggalan materil contohnya adalah lukisan, patung, dan arca. Sementara itu, peninggalan non materil berupa bahasa atau dialek, upacara adat, dan norma.

B.     Tradisi upacara Mitoni
          Upacara mitoni merupakan salah satu upacara adat dari sekian banyak upacara-upacara adat yang ada di Jawa. Kata mitoni berasal dari kata “am” (awalan am yang menunjukkan kata kerja) ditambah kata “pitu” yang berarti suatu kegiatan yang dilakukan pada hitungan ke-7. Upacara mitoni merupakan suatu adat kebiasaan atau suatu upacara adat yang dilakukan pada masa kehamilan seorang perempuan yang menginjak bulan ke tujuh yang bertujuan agar embrio dalam kandungan dan ibu yang mengandung senantiasa memperoleh keselamatan.
          Upacara mitoni pada hakikatnya merupakan upacara peralihan yang dipercaya sebagai sarana untuk menghilangkan petaka, yaitu semacam inisiasi yang menunjukkan bahwa upacara-upacara itu merupakan pengahayatan dari unsur-unsur kepercayaan lain.



BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Jetak, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar pada hari Rabu tanggal 9 Desember 2015.

B.     Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode wawancara atau survey di lapangan. Langkah-langkah penelitian dapat uraikan sebagai berikut:
1.      Menyiapkan daftar pertanyaan yang akan digunakan dalam wawancara
2.      Melakukan wawancara kepada para warga di Desa Jetak, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar

C.    Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini instrument sebagai alat pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara.



BAB IV
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Tradisi Upacara Mitoni
          Upacara mitoni merupakan salah satu dari keberagaman tradisi yang ada di Jawa. Upacara mitoni adalah upacara tradisional selamatan terhadap bayi yang masih dalam kandungan yang berumur tujuh bulan. Sejarah tradisi ini berawal pada masa Prabu Jayabaya, waktu itu ada sepasang suami istri bernama Niken Satingkeb dan Sadiya, mereka melahirkan anak sembilan kali namun tidak satupun yang hidup karena selalu meninggal dalam usia dini. Berbagai usaha telah dilakukan, namun belum ada satupun yang membuahkan hasil.
          Kemudian keduanya menghadap raja Kediri, yaitu Prabu Widayaka (Jayabaya), mereka disarankan agar menjalankan bebrapa ritual. Namun sebagai syarat pokok, mereka harus rajin menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa denga khusyu’, dan senantiasa berbuat baik kepada sesama. Selain itu, mereka harus mensucikan diri dengan mandi menggunakan air dari tujuh mata air yang berbeda.
          Setelah serangkaian ritual yang dianjurkan oleh Raja Jayabaya, ternyata Allah mengabulkan permohonan mereka. Niken Satingkeb dapat hamil dan anaknya yang dilahirkan dapat bertahan hidup. Akhirnya sejak saat itu apabila ada orang hamil apalagi hamil pertama dilakukan tingkeban atau mitoni. Tradisi ini merupakan langkah permohonan dalam bentuk selamatan.

B.     Rangkaian Kegiatan Tradisi Upacara Mitoni
            Tradisi upacara mitoni yang dilakukan masyarakat di desa Jetak kabupaten Karanganyar, ada beberapa ritual.
            Ritual yang pertama adalah sungkeman. Sungkeman dilakukan oleh istri kepada suami, dilanjutkan istri dan suami kepada kedua orang tua dan besan.
            Ritual yang kedua, yakni untuk ibu hamil dan calon bapak dimandikan atau sering disebut siraman. Si ibu hamil dan calon bapak dimandikan dengan air dari tujuh sumber mata air yang ditaburi bunga tujuh rupa. Bunga tujuh rupa tersebut biasanya berupa bunga mawar dengan warna merah jambu, merah, putih, dan kuning; bunga kenanga; dan bunga kantil dengan warna merah dan putih. Pemandian tersebut dilakukan oleh kedua orang tua dari ibu hamil dan calon bapak, setelah itu diikuti oleh para sanak saudara. Jika saudara yang hadir jumlahnya banyak maka setiap orang hanya mengguyurkan air satu gayung, tapi jika saudara yang hadir hanya sedikit maka setiap orang mengguyurkan air sebanyak tujuh gayung.
            Ritual yang ketiga adalah upacara ganti jarik atau busana untuk sang ibu hamil sebanyak tujuh kali dengan tujuh motif kain yang berbeda. Motif kain yang dipakai adalah motif kain yang terbaik, dengan harapan agar kelak sang jabang bayi juga memiliki kebaikan-kebaikan yang tersirat dalam lambang kain tersebut. Berikut tahapan-tahapannya:
1.    Ibu hamil mengenakan kain dengan motif wahyu tumurun, yang maksudnya agar mendapatkan ridho dari Tuhan.
2.    Ibu hamil mengenakan kain bermotif sidomulyo, yang maksudnya agar kelak sang jabang bayi mendapatkan kemuliaan
3.    Ibu hamil mengenakan kain bermotif sidoasih, yang maksudnya agar kelak sang anak mendapatkan kasih sayang orang tua maupun sanak saudara
4.    Ibu hamil mengenakan kain bermotif sidoluhur, yang maksudnya agar sang anak menjadi orang yang berbudi luhur
5.    Ibu hamil mengenakan kain bermotif satriawibowo, yang maksudnya agar sang anak kelak menjadi orang yang berwibawa
6.    Ibu hamil mengenakan kain berotif sidodrajat, yang maksudnya agar sang anak mendapatkan pangkat dan drajat yang baik.
7.    Ibu hamil mengenakan kain bermotif tumbarpecah dan kemben liwatan, yang maksudnya agar nanti saat prosespersalinan berjalan dengan
          Ritual yang keempat adalah upacaran brojolan. Upacara brojolan dilakukan dengan memasukkan dua buah kelapa gading muda yang telah digambari tokoh pewayangan, yakni Raden Arjuna dan Dewi Sembadra kedalam kain jarik yang dikenakan ibu hamil. Saat upacara brojolan, kelapa gading muda dimasukan ke dalam jarik lurik yang dipakai ibu hamil dari atas oleh nenek calon bayi dan dijatuhkan ke bawah diterima oleh nenek besan. Ketika kelapa telah diterima oleh nenek besan, maka sang calon ibu mengucapkan “Laki-laki ataupun perempuan tidak masalah. Jika laki-laki hendaknya tampan seperti Raden Arjuna dan jika perempuan hendaknya cantik seperti Dewi Sembadra.” Brojolan kelapa tersebut dilakukan secara bergantian dengan masing-masing kelapa dua kali brojolan.
          Ritual yang terakhir adalah pembacaan doa oleh sesepuh desa, yang dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng oleh ayah dari pihak laki-laki untuk dimakan bersama oleh calon ibu dan calon ayah.

C.    Unsur yang Terkandung dalam Upacara Mitoni dan Maknanya
1.      Tumpeng kuat
          Tumpeng yang berjumlah tujuh, satu diantaranya dibuat paling besar dan eman lainnya diletakkan mengelilingi tumpeng besar. Bilangan tujuh melambangkan usia kehamilan, sedangkan makna tumpeng kuat sebagai lambing agar bayi lahir dengan sehat dan orang tuanya diberi kekuatan lahir dan batin.
2.      Jenang abang dan jenang putih
          Melambangkan benih laki-laki dan benih perempuan yang bersatu dalam wujud janin yang akan lahir.
3.      Sega gudangan
          Melambangkan agar calon bayi selalu dalam keadaan segar bugar.
4.      Dua kelapa gading muda yang diberi gambar Raden Arjuna dan Dewi Sembadra
          Melambangkan agar kelak jika bayi yang dilahirkan berjenis kelamin laki-laki maka akan setampan Raden Arjuna. Dan jika bayi yang dilahirkan berjenis kelamin perempuan maka akan secantik Dewi Sembadra.
5.      Tujuh motif kain
          Melambangkan kebaikan yang diharapkan bagi ibu hamil dan bagi bayi yang akan dilahirkan.

D.    Upacara Mitoni dari Sudut Pandang Agama Islam
          Upacara mitoni selain dipandang sebagai suatu upacara adat atau tradisi di Jawa, upacara mitoni juga sesuai dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam agama Islam, yakni permohonan kepada Allah SWT dalam rangka keselamatan bagi calon bayi dan bagi si calon ibu sendiri serta kebahagiaan bagi seluruh sanak keluarga.
          Alasan mengapa diadakan upacara ketika kehamilan seorang perempuan memasuki bulan ke tujuh atau disebut sebagai upacara mitoni adalah karena pada usia kehamilan tersebut terjadi peniupan ruh ke janin, maka diadakan slametan untuk meminta kepada Tuhan agar janin diberi keselamatan.
          Saat upacara mitoni, diadakan pengajian. Para tamu yang datang membacakan Q.S Lukman, Q.S Yusuf, dan Q.S Maryam. Agar kelak jika jabang bayi berjenis kelamin laki-laki bisa setampan Nabi Yusuf dan Nabi Lukman. Dan jika jabang bayi berjenis kelamin perempuan maka bisa secantik Siti Maryam.
BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
     Upacara adat mitoni merupakan salah satu tradisi Jawa yang masih berkembang di desa Jetak kecamatan Gondangrejo kabupaten Karanganyar. Upacara mitoni dilakukan pada kehamilan seorang perempuan yang memasuki bulan ke tujuh, yang dikhususkan untuk kehamilan pertama bagi perempuan.  Tradisi upacara mitoni yang ada pada saat ini merupakan salah satu wujud dari akulturasi antara tradisi masyarakat Jawa dengan ajaan agama Islam. Semua ritual pada upacara mitoni bertujuan untuk mendoakan agar jabang bayi dan ibu selamat sampai proses kelahiran.

B.     Saran
            Demikian laporan penelitian yang dapat saya susun. Saya menyadari dalam penulisan laporan ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat saya harapkan guna perbaikan laporan ini dan berikutnya. Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi pembaca pada umumnya dan penyusun pada khususnya. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar